Setiap hamba pasti pernah terjerumus dalam dosa bahkan
juga dosa besar. Mungkin saja seseorang sudah terjerumus dalam kelamnya zina,
membunuh orang lain tanpa jalan yang benar, pernah menegak arak (khomr), atau
seringnya meninggalkan shalat lima waktu padahal meninggalkan satu shalat saja
termasuk dosa besar berdasarkan kesepakatan para ulama. Inilah dosa besar yang
mungkin saja di antara kita pernah terjerumus di dalamnya. Lalu masihkah
terbuka pintu taubat? Tentu saja pintu taubat masih terbuka, ampunan Allah
begitu luas.
Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik
menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah
Ta’ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا
دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى
يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ
اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى
شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
”Wahai anak Adam, sesungguhnya
jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu
tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi
hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam,
seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam
keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu
dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan
bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
--- Jika Bertaubat, Setiap Dosa Akan Diampuni ---
Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha
Pengampun. Setiap dosa –baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa
kekufuran- bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian
walaupun dosa itu sepenuh bumi. Hal ini dikuatkan pula pada ayat dalam Al
Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku
yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar:
53).
Ibnu Katsir mengatakan, ”Ayat yang mulia ini berisi seruan
kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk
segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni
seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun
dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan. ”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni setiap dosa
walaupun itu dosa kekufuran, kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh
dan minum minuman keras). Sebagaimana Ibnu Katsir mengatakan, ”Berbagai hadits
menunjukkan bahwa Allah mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika
seseorang bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah
walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat
Allah begitu luas.”
--- Seseorang Yang Melakukan Dosa Berulang Kali ---
Mengenai hal ini, cobalah kita renungkan dalam hadits berikut.
Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla,
أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ
أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ
فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ
لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ
فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
“Ada seorang hamba yang berbuat
dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah
dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan
dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi
berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb,
ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap
perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut
mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’
[Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat
dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan
menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah
diampuni.”( HR. Muslim no. 2758). An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa
yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa
lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.
An Nawawi mengatakan, ”Seandainya seseorang berulang kali
melakukan dosa hingga 100 kali, 1000 kali atau lebih, lalu ia bertaubat setiap
kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan menerima taubatnya setiap kali ia
bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya ia bertaubat dengan sekali
taubat saja setelah ia melakukan semua dosa tadi, taubatnya pun sah.”
Ya Rabb, begitu luas sekali rahmat dan ampunan-Mu terhadap hamba
yang hina ini …
--- Bertaubatlah yang Tulus ---
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang
tulus (taubatan nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah,
“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah
lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa
tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/
mengembalikannya.”
--- Penuhilah Syarat Diterimanya Taubat ---
Berdasarkan penjelasan Ibnu Katsir di atas, syarat taubat yang
mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat dapat dirinci secara lebih
lengkap sebagai berikut.
- Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
- Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, “Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.” ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.
- Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.
- Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
- Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
--- Bacalah Do’a Ampunan Versi Abu Bakr ---
Do’a yang bisa diamalkan adalah do’a meminta ampunan yang
diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu.
Dari Abu Bakr Ash Shiddiq, beliau berkata kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عَلِّمْنِى دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِى صَلاَتِى . قَالَ
« قُلِ :اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ،
وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ »
“Ajarkanlah aku suatu do’a yang
bisa aku panjatkan saat shalat!” Maka Beliau pun berkata, “Bacalah: ‘ALLAHUMMA
INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA
FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya
Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang
banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.
Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah
aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) ‘.” (HR. Bukhari
no. 834 dan Muslim no. 2705)
--- Lakukan Shalat Taubat ---
Shalat taubat adalah shalat yang dianjurkan berdasarkan
kesepakatan empat madzhab[9]. Hal ini berdasarkan hadits,
«
مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى
رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ». ثُمَّ
قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ) إِلَى آخِرِ الآيَةِ
“Tidaklah seorang hamba melakukan
dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat
dua raka’at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan
mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.[10]” (HR. Tirmidzi no. 406,
Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)[11]. Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun
kandungan ayat sudah mendukung disyariatkannya shalat taubat.[12]
Shalat taubat ini bisa cukup dengan dua raka’at dan cukup niat
dalam hati, tanpa perlu melafazhkan niat tertentu.
--- Jauhilah Lingkungan Yang Buruk Demi Memperkuat Taubat ---
An Nawawi mengatakan, ”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti
temannya dengan teman-teman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah, waro’dan
orang-orang yang meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia mengambil manfaat
ketika bersahabat dengan mereka.”[13]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita
agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering
menasehati kita.
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ
كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ
الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ
يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman)
dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan
pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101,
dari Abu Musa)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan
larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia
kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang
yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”[14]
Semoga Allah menerima setiap taubat kita dan mengampuni setiap
dosa yang kita sesali. Hanya Allah yang beri taufik.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Doa memohon pekerjaan : BISMILLAHIRROHMANIRROHIM WABAARIKLANAA ALLOHUMMA FII JAM’I KASIBNAA WAHALLA ‘UQUU DAL’USRI YAA YUUHIN ARMAKHOT
Sumber :
Artikel www.remajaislam.com, dipublish ulang oleh www.rumaysho.com
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Diselesaikan di Panggang-GK, 3 Rajab 1431 H (15/06/2010)
[1] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/138-139, Muassasah Qurthubah
[2] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12/140
[3] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/75
[4] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/61.
[5] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 203, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H.
[6] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 206.
[7] Idem.
[8] Kami sarikan syarat taubat ini dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Sholihin.
[9] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/ 431, Al Maktabah At Taufiqiyah dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/9662, Asy Syamilah.
[10] QS. Ali Imron: 135.
[11] Hadits ini didho’ifkan oleh sebagian ulama. Namun sebagian ulama menshahihkannya.
[12] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/ 431.
[13] Idem
[14] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379
http://rumaysho.com/belajar-islam/manajemen-qolbu/3084-melebur-dosa-dengan-taubat-yang-tulus.html
///////////////////////////////////////////////////////
--- Keutamaan Taubat ---
Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari
bermaksiat kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat
mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala
perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa
tertentu yang pernah dilakukan.
Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas,
mengakui dosa, menyesali dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak
mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa
berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah
kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat
dosa. Karena Allah berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua
wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
(lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, tentang
pembahasan isi khutbatul hajah).
--- Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha
Penyayang ---
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha
pengampun lagi Maha Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji
mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat
yang mulia. Allah ta’ala berfirman,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
“Allah menginginkan untuk
menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya
ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
وَأَنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya bukan karena
keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa).
Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur:
10)
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas
ampunannya.” (QS. An Najm: 32)
Allah ta’ala berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Rahmat-Ku amat luas meliputi
segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)
--- Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta… ---
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti
kedatanganmu… Jalan orang-orang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan
pijakan kakimu… Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik
dan pertolongan kepada Tuhanmu… Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan dirimu,
paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila engkau telah
benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi
di dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu
untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih
berulang padamu maka teruslah bertaubat.
Allah ta’ala berfirman,
فَإِنَّهُ كَانَ لِلأَوَّابِينَ غَفُوراً
“Karena sesungguhnya Dia Maha
mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya.” (QS.
Al Israa’: 25)
Allah ta’ala juga berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى
رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا
تُنصَرُونَ
“Katakanlah kepada hamba-hambaKu
yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya
Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada
Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian
tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,
“Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit
kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat
kalian.” (Shahih Ibnu Majah)
Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali
dosanya? Di manakah orang-orang yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di
manakah orang-orang yang ruku’ dan sujud?
--- Berbagai Keutamaan Taubat ---
Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase
persinggahan iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap
tahapan kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan
taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri
akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan mencampakkan
taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara keutamaan taubat ialah:
1.
Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.
Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ
الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan
diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
2.
Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah ta’ala berfirman
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kepada Allah
wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
3.
Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya.
Allah ta’ala berfirman
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ
“Dialah Allah yang menerima
taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy
Syuura: 25)
Allah ta’ala juga berfirman
وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ
إِلَى اللَّهِ مَتَاباً
“Dan barang siapa yang bertaubat
dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan menerima taubatnya.” (QS. Al
Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima
4.
Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah ta’ala berfirman,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ
وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ
وَعَمِلَ صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئاً
“Maka sesudah mereka (nabi-nabi)
datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa
nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam kebinasaan. Kecuali
orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh
maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka
tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59, 60)
5.
Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ عَمِلُواْ السَّيِّئَاتِ ثُمَّ تَابُواْ
مِن بَعْدِهَا وَآمَنُواْ إِنَّ رَبَّكَ مِن بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan orang-orang yang mengerjakan
dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)
6.
Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً يُضَاعَفْ لَهُ
الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَاناً إِلَّا مَن تَابَ
وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ
حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barang siapa yang melakukan
dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui pembalasannya. Akan dilipatgandakan
siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan kekal di dalamnya dalam keadaan
terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman serta beramal saleh
maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh Allah keburukan-keburukan
mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha pengampun lagi maha
penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang
bertaubat dari suatu dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
7.
Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah ta’ala berfirman,
فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Apabila kalian bertaubat maka
sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At Taubah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
فَإِن يَتُوبُواْ يَكُ خَيْراً لَّهُمْ
“Maka apabila mereka bertaubat
niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (QS. At Taubah: 74)
8.
Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah ta’ala berfirman,
إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ
وَاعْتَصَمُواْ بِاللّهِ وَأَخْلَصُواْ دِينَهُمْ لِلّهِ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ
الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْراً عَظِيماً
“Kecuali orang-orang yang
bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan agama Allah serta
mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan bersama dengan
kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman pahala yang amat
besar.” (QS. An Nisaa’: 146)
9.
Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta bertambahnya
kekuatan.
Allah ta’ala berfirman,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ
إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى
قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku, minta ampunlah
kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya niscaya akan dikirimkan
kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat dan akan diberikan
kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling menjadi orang
yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)
10.
Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan orang-orang
yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ
يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ
آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْماً فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ
تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“Para malaikat yang membawa ‘Arsy
dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan
mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang
beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu,
ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah
mereka dari siksa neraka.” (QS. Ghafir: 7)
11.
Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak Allah
‘azza wa jalla.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,
وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً
“Dan Allah menghendaki untuk
menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa’: 27). Maka orang yang bertaubat berarti
dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang disenangi Allah dan
diridhai-Nya.
12.
Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat
seorang hamba-Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan
seseorang dari kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu
hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia
pun berputus asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah
naungannya dalam keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam
keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka
diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya
Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu
gembira.” (HR. Muslim)
13.
Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
Sesungguhnya seorang hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya
ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar
serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka
titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang
disebutkan Allah ta’ala,
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak akan tetapi
itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan
dihasankan Al Albani)
Oleh karena itu, saudaraku yang kucintai…
Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk bersegera
menggapai keutamaan dan memetik buah memikat yang dihasilkan oleh ketulusan
taubat itu…, Saudaraku:
Tunaikanlah taubat yang diharapkan Ilahi
demi kepentinganmu sendiri
Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci
Segera lakukan taubat dan tundukkanlah jiwa
Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik
amalnya
Tingkatan Jihad Melawan Syaitan
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Jihad melawan syaitan itu
ada dua tingkatan.
Pertama, berjihad melawannya dengan cara menolak segala syubhat
dan keragu-raguan yang menodai keimanan yang dilontarkannya kepada hamba.
Kedua, berjihad melawannya dengan cara menolak segala keinginan
yang merusak dan rayuan syahwat yang dilontarkan syaitan kepadanya.
Maka tingkatan jihad yang pertama akan membuahkan keyakinan
sesudahnya. Sedangkan jihad yang kedua akan membuahkan kesabaran.
Allah ta’ala berfirman,
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا
لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Maka Kami jadikan di antara
mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami karena mereka
bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah: 24)
Allah mengabarkan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa
diperoleh dengan bekal kesabaran dan keyakinan. Kesabaran akan menolak rayuan
syahwat dan keinginan-keinginan yang merusak, sedangkan dengan keyakinan
berbagai syubhat dan keragu-raguan akan tersingkirkan.
Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa
shahbihi wa sallam. Wal hamdu lillaahi Rabbil ‘aalamiin.
Sumber :
(disadur dari Ya Ayyuhal Muqashshir mata tatuubu, Qismul ‘Ilmi
Darul Wathan dan tambahan dari sumber lain)
Jogjakarta, 9 Rabi’uts Tsani 1427 Hijriyah
Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar